09 Juli 2009

Bisnis Taman Bacaan Modal Sekardus Novel

MEDAN – Minat baca masyarakat Indonesia masih rendah. Begitu hasil penelitian Lembaga Survei Internasional. Selain harga buku sulit terjangkau, masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk membaca dan mengetahui informasi hingga tidak mempunyai waktu juga menjadi penyebabnya.



Begitupun pria setengah baya ini tak mengurungkan niatnya membuka kios Taman Bacaan (TB) untuk menyewakan dan menjual buku, novel, komik serta majalah bekas di samping rumah orangtuanya di Jalan Kenanga Raya Pasar VI Medan. Berawal dari hobi membaca dan mengumpulkan buku-buku yang telah habis dibacanya, dia pun rela menghabiskan waktunya mencari nafkah di kios yang berukuran 4×4 meter ini.

Asrul yang telah berusia 46 tahun tapi masih melajang ini sudah membuka usahanya sejak 17 tahun lalu setelah ia menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Perbankan Nasional (Perbanas) Medan. Berbekal modal Rp 200.000 untuk membeli sekardus novel, komik dan majalah di pasar loak Sambu Medan yang isinya sekitar 200-an buku, dia kini telah dapat membantu merehab rumah orangtuanya dan membiayai kebutuhannya sehari-hari. “Saya juga sudah punya dua sepeda, karena saya suka membawanya daripada harus naik sepeda motor,” ujarnya.

Kini koleksi novel karangan penulis dari luar negeri dan dalam negeri serta komik-komik yang ada di toko bukunya sudah mencapai sekitar 500.000 lebih. Semuanya disusun rapi di rak-rak yang dibuatnya sendiri. Sekitar 50% buku yang dikelolanya ini masih banyak terbitan lama, beberapa di antaranya sampul depannya telah diganti karena banyak yang rusak dimakan rayap.

Sementara pendapatannya, Asrul mengaku pada awal-awal membuka usahanya, ia bisa memperoleh Rp 100.000 per hari hanya dari pelanggannya yang menyewa novel dan komik, yang mencapai sekitar 20 orang per hari, sedangkan dari yang membeli buku pelajaran dan majalah bekas, ia bisa mendapatkan Rp 50.000 perharinya. Namun, sejak tahun 2000-an hingga sekarang, peminat novel serta pembeli buku pelajaran semakin berkurang. “Sekarang hanya sekitar lima orang dalam per harinya saja pelanggan yang datang, semakin lama minat baca anak-anak sekarang sudah berkurang,” ujar lulusan Ilmu Ekonomi Keuangan tahun 1989 ini.

Padahal, katanya, novel yang disewakan masih dengan harga standar yakni Rp 2.500 hingga Rp 3.500 untuk novel, sedangkan untuk komik Rp 1.500 perbuah dengan waktu peminjaman selama tiga hari dan akan dikenakan denda sebesar Rp 1.500 perhari jika terlambat memulangkan novel. “Tapi banyak pelanggan yang tidak mau membayar biaya dendanya. Biasanya saya tidak mau mempermasalahkannya dan membiarkan mereka menyewa lagi. Bahkan banyak juga yang tidak memulangkan novel yang telah dipinjam,” ungkap Asrul dengan lugu.

Diakui Asrul, koleksi novel dan komiknya sudah terbitan lama. Karena sebagian buku yang dimilikinya berasal dari sumbangan para tetangga dan pelanggan-pelanggannya yang sudah sukses. Untuk itu, ia berharap pihak pemerintah memberi bantuan sumbangan buku-buku pelajaran, novel dan komik yang terbitan baru agar pelanggannya bertambah dan usahanya dapat terus berjalan seiring dengan meningkatnya kesadaran minat membaca anak-anak generasi muda. “Pelanggan saya ada yang sudah jadi dokter, jadi banyak buku ini sumbangan dari mereka dan tetangga,” akunya. Selain itu, tambahnya, ia juga banyak membeli buku dari penjual barang bekas (botot) dengan harga murah.

Meski peminat penyewa buku di kiosnya hanya sekitar 100 pelanggan yang telah didatanya, ia masih bisa menabungkan uangnya Rp 10.000 di celengan berbentuk sepatu sehingga yang bisa didapatnya dalam sebulan mencapai Rp 300.00 hingga Rp 500.000. Uang ini digunakannya untuk menambah koleksi dan perawatan buku -bukunya.”Tabungan saya ada di bank, tapi sudah lama jadi gak tahu apakah masih berlaku atau tidak, jadi lebih enak menabung di celengan aja, biar gampang mengambilnya jika butuh modal membeli buku lagi,” ungkap Asrul yang menjalankan usahanya sendirian, tanpa bantuan karyawan.

Menurut Novi, seorang mahasiswa USU yang telah menjadi pelanggannya selama 5 tahun ini, dirinya suka menyewa novel dan membeli buku-buku pelajaran di TB milik Asrul karena harga yang ditawarkan murah dan pemiliknya ramah dan tidak marah jika ia terlambat memulangkan novel yang dipinjamnya. “Abang ini baik sekali, kalau saya terlambat memulangkan novel dan bilang kalau tidak ada duit, maka dia gak memaksa dan membolehkan lagi meminjam novel yang lain,” ujarnya.

Bahkan, lanjutnya, banyak teman-temannya yang pernah meminjam novel di kios tersebut, tidak mengembalikannya lagi. Padahal data-data pelanggan seperti nama, alamat dan nomor telepon sudah dicatatnya, tapi tidak pernah dihubungi. “Abang ini tidak pernah marah, ia selalu baik kepada pelanggannya. Mungkin dengan sifat baik seperti ini, rezeki nya selalu ada dan usahanya terus jalan,” tuturnya dengan bangga. Saat itu Asrul sedang mencatat novel yang dipinjam Novi ke buku pelanggan, ia tampak memang menekuni bisnis ini.

0 komentar:

 
Gerakan Membaca © 2007 Template feito por Templates para Você