04 Juni 2009

Minum Jamu Sambil Baca Buku

MEDAN - Tiga orang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar dengan tekun membaca buku komik. Bangunan ukuran 6 X 8 meter dipenuhi dengan berbagai bacaan seperti buku, majalah, koran dan bacaan lainnya. Sayang, keterbatasan tempat, sejumlah bacaan harus ditumpukkan di atas meja. Tentu saja dapat menyulitkan pengunjung untuk melihat koleksi bacaan yang ada di Taman Baca Masyarakat (TBM) Plus Mas Raden yang berlokasi di Jalan Karya Jaya Medan Johor.



Rasa tidak nyaman pengunjung melihat koleksi bacaan di TBM Mas Raden yang 15 April nanti genap berusia 3 tahun, juga dirasakan sang pemilik Drs. Amrin, SH. Namun karena keterbatasan biaya, untuk sementara tempat yang tersedia dimanfaatkan semaksimal mungkin dan bila ada biaya, ia berencana untuk merenovasi agar lebih besar dengan memanfaatkan tanah kosong yang ada di belakang TBM. Kapan itu, ia sendiri tidak bisa memastikan, semua tergantung ketersediaan biaya.

Walau ruang yang tersedia cukup sempit untuk melihat-lihat koleksi bacaan, tidak menyurutkan masyarakat datang. Setiap hari rata-rata ada 50 pengunjung yang melihat koleksi milik bapak 5 anak yang lebih akrab disapa Mas Raden. Dari pengunjung yang datang, tidak semuanya meminjam, ada juga yang sekadar lihat dan juga ada yang hanya membaca di tempat. Baginya, walau masyarakat yang datang hanya melihat koleksi bacaan sudah sangat senang.

Semangat laki-laki kelahiran Padang Sidempuan 18 Oktober 1957 lalu untuk mendorong masyarakat lagi dan lagi berkunjung terus dilakukannya dengan menambah koleksi bacaan. Ia mengaku sangat kecewa apabila
bacaan yang dicari masyarakat tidak ada dimilikinya. Untuk melengkapi bacaan, ia berusaha mendapatkan bacaan yang dicari masyarakat. Kegigihannya terus dan terus menambah koleksi bacaan, kini ia telah memiliki 35 ribu lebih koleksi bacaan dan jumlah ini pasti terus bertambah.

Secara ekonomi, koleksi bacaan yang dimiliki laki-laki yang bekerja sebagai PNS di Dinas Pendidikan Kota Medan sudah cukup banyak. Puluhan juta sudah ia habiskan untuk menambah koleksi bacaan dengan cara membeli. Tapi, demi memuaskan batin selalu saja ada uang untuk menambah koleksi bacaan.

JAMU DAN BACAAN

Ide mendirikan Taman Bacaan Masyarakat, diawali rasa kegelisahaan dirinya melihat tempat yang cukup besar tidak termanfaatkan. “Pada awalnya tempat ini warung. Saya jual jamu dan teman saya jual sate. Namun teman saya yang jual sate tidak lama. Ia pindah dan saya tetap bertahan,” kenangnya.

Agar tempat yang tadinya pengunjung yang ingin makan sate dapat dimanfaatkan, maka mendapat ide untuk membuka TBM. Karena ia tidak cukup banyak punya koleksi bacaan, maka diputuskan untuk membeli.
“Waktu itu saya tidak punya uang. Untuk menambah koleksi bacaan, saya menjual mobil. Uang hasil jual beli mobil semuanya dibelikan bacaan,” jelasnya.

Walau sudah menggadaikan mobil untuk menambah koleksi bacaan, ternyata hanya memenuhi satu gerobak. Agar koleksi bacaan dapat menarik minat masyarakat, koleksi bacaan diletakkan di dalam gerobak. Masyarakat yang ingin membaca buku diperbolehkan secara gratis. “Saya jual jamu juga jaga koleksi bacaan,” katanya.

Kehadiran koleksi bacaan ternyata mendapat perhatian masyarakat. Banyak masyarakat yang membaca koleksi bacaan miliknya. Pembeli jamu ada juga yang baca dan ada juga yang hanya sekadar membaca.
“Karena koleksi bacaan sudah banyak, maka saya memanfaatkan ruangan dengan meletakkan koleksi bacaan. Beberapa lemari dibeli untuk meletakkan koleksi bacaan yang baru seperti buku. Sedangkan koleksi bacaan bekas seperti majalah, koran, komik dan buku diletakkan di rak dinding,” jelasnya.

BERBISNIS SAMBIL BERAMAL

Ia berkeyakinan, investasi yang telah dilakukannya dengan terus dan terus menambah koleksi bacaan, secara ekonomi bisa mendatangkan keuntungan. Hanya saja keuntungan yang diperoleh tidak cepat. Diperlukan beberapa tahun kemudian.

“Sulit untuk mengharapkan investasi yang sudah saya dikeluarkan dengan menambah koleksi bacaan dapat cepat kembali. Kalau hanya mengharapan uang dari sewa koleksi bacaan yang dimilikinya saat ini masih sangat jauh dari diharapkan. Karena itu, untuk memenuhi kebutuhan seperti sewa tempat, kebutuhan rumah tangga dengan tetap jual jamu, jajanan,” katanya.

Sekarang ini, lanjutnya, sulit untuk melihat apakah jamu yang mendukung TBM atau sebaliknya. Ia tidak memungkiri kehadiran TBM juga mendorong hasil penjualan jamu, disamping memang ramuan jamu yang diolehnya banyak disenangi banyak orang.

Dicontohkannya, ada orang yang datang ke TBM hanya ingin membaca. Karena ia melihat orang minum jamu, maka timbul keinginan untuk minum jamu. Begitu sebaliknya, ada orang yang selama ini hanya minum jamu, namun karena ia melihat orang membaca maka muncul keinginan membaca.

Dua sisi yang saling berhubungan satu sama lain antara jamu dan membaca yang berhasil dilakukan Drs. Amrin, SH, adalah langkah untuk kembali menggairahkan minat baca masyarakat, khususnya dikalangan usia sekolah. Kehadiran koleksi bacaan yang disediakan mampu menarik perhatian masyarakat untuk meluangkan waktu membaca. Selama ini banyak orang menghabiskan waktu dengan hal yang tidak bermanfaat. Kini upaya yang dilakukannya, waktu luang masyarakat secara perlahan diubah dengan lebih bermanfaat seperti membaca.

“Saya buka mulai pukul 14.00 dan tutup pukul 02.00 WIB. Masyarakat yang datang walau tidak banyak, tapi selalu ada silih berganti. Bahkan ada masyarakat yang sulit tidur datang ke TBM hanya untuk membaca dan tentunya juga minum jamu,” ungkapnya. Oleh " Oleh Fahrin Malau

0 komentar:

 
Gerakan Membaca © 2007 Template feito por Templates para Você